Rekomendasi 7 Tempat Ziarah di Jogja, yang Ramai Saat Bulan Puasa
Rekomendasi 7 Tempat Ziarah di Jogja, yang Ramai Saat Bulan Puasa

Rekomendasi 7 Tempat Ziarah di Jogja, yang Ramai Saat Bulan Puasa

Diposting pada

Ziarah menjadi salah satu budaya masyarakat di pulau Jawa, terutama saat bulan puasa ini. Peziarah biasanya mendatangi makam tokoh-tokoh Islam atau tempat-tempat yang memiliki nilai keislaman yang tinggi. Sedikitnya ada 7 tempat ziarah di Jogja yang bisa Anda datangi.

Bulan puasa menjadi momen bagi kaum Muslim untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT. Mendatangi tempat sakral untuk berziarah menjadi salah satu pilihan. Bagi Anda masyarakat Jogja, kami rekomendasikan 7 tempat ziarah di Jogja yang ramai saat bulan puasa. Diharapkan, Anda kian dapat menikmati momen bulan puasa ini setelah melakukan ziarah pada 7 tempat yang kami rekomendasika tadi.

 

  1. Petilasan Syekh Jumadil Kubro

Petilasan Syekh Jumadil Kubro berlokasi di puncak Bukit Turgo di Desa Hargobinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih simpel, petilasan ini berada di kaki Gunung Merapi. Warga Jawa meyakini Syekh Jumadil Kubro adalah kakek dari Wali Songo.

Syekh Jumadil Kubro disebut masih keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Petilasan Syekh Jumadil Kubro selalu ramai, tidak hanya saat bulan Ramadan saja. Tercatat, setiap hari Selasa dan Jumat Kliwon selalu ramai peziarah yang mendatangi petilasan Syekh Jumadil Kubro ini.

Petilasan ini sendiri berada di atas bukit. Tak mudah untuk sampai sampai ke tempat aula utama. Peziarah harus mendaki ribuan tangga untuk sampai puncak Syekh Jumadil Kubro. Diperkirakan, butuh waktu 45 menit untuk dapat mencapai tempat tujuan.

Ketokohan dari Syekh Jumadil Kubro membuat petilasan ini selalu ramai. Lebih-lebih saat masuk bulan Ramadan dan Syawal. Berbondong-bondong peziarah dari seantero Jawa akan datang ke petilasan Syekh Jumadil Kubro ini.

 

  1. Masjid Patok Negoro Plosokuning

Lokasi Masjid Patok Negoro Plosokuning berada di Dusun Plosokuning, Desa Plosokuning, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Usia mesjid ini disebut oleh banyak sumber, sudah berusia 3 abad lebih.

Pembangunan mesjid ini datang dari prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono I langsung. Hal ini dapat menjelaskan kenapa usia mesjid ini sudah 3 abad lebih. Struktur pengelolaan mesjid ini terdiri dari Penghulu, Abdi Dalem Suronoto, dan Pathok Nagar.

Struktur Masjid Patok Negoro Plosokuning terus dijaga sesuai bentuk aslinya sejak pertama kali dibangun. Nilai sejarah yang dalam ini membuat Masjid Patok Negoro Plosokuning mendapat tempat di hati masyarakat Jogja dan sekitarnya.

Peziarah dari berbagai tempat di Jogja, selalu berusaha menyempatkan datang ke mesjid ini. Ada nilai spiritual lebih saat datang dan berdoa di Masjid Patok Negoro Plosokuning ini. Selama bulan puasa ini, akan lebih banyak peziarah yang datang ke Masjid Patok Negoro Plosokuning ini.

 

  1. Makam Syekh Maulana Maghribi

Lokasi makam Syeikh Magribi berada persis di pinggir jalan menuju Pantai Parangtritis, sehingga sangat mudah ditemukan. Lokasi makam berada sekitar 200 m di atas bukit.

Syeikh Magribi oleh banyak masyarakat Jawa diyakini adalah salah satu wali songo generasi pertama. Bernama lengkap Syekh Maulana Muhammad al-Maghribi, wali ini berasal dari Maroko lebih tepatnya di Maghrib. Makam Syeikh Magribi menjadi salah salah satu makam yang selalu ramai oleh peziarah dari berbagai tempat di Jawa.

Syeikh Magribi diyakini datang ke pulau Jawa pada tahun 808 Hijriah atau 1404 Masehi. Sesunggunya, makam Syeikh Magribi ada di banyak di tempat. Hal ini terjadi karena tahun dan tempat kematian dari Syeikh Magribi masih belum diketahui.

Selain di Jogja, beberapa makam Syeikh Magribi dapat ditemui di beberapa tempat mulai dari di Gresik Jawa Timur, Banten Jawa Barat, Kompleks Makam di Masjid Demak, Jatinom di Klaten Jawa Tengah, bahkan terakhir di Parangtritis Bantul Yogyakarta.

Selama di bulan Ramadan ini, peziarah yang datang ke Syeikh Magribi kian bertambah. Ada banyak peziarah dari berbagai tempat luar Jogja yang datang. Makam Syeikh Magribi sampai saat ini dapat terus terawat dan ini membuat peziarah nyaman ketika berdoa dan menjalankan ritual lainnya selama berada di makam Syeikh Magribi ini.

Akses ke Makam Syeikh Magribi pun kian dipermudah. Terdapat anak tangga yang telah diperbarui dengan pasangan bata berplester dan talud di samping kanan dan kirinya. Lebar anak tangga naik ± 3 m, dilengkapi dengan pagar pembatas yang menjadi pegangan tangan.

 

  1. Makam Raja-raja Imogiri

Lokasi dari Makam Raja-raja Imogiri berada di di Pajimatan, Karang Kulon, Wukirsari, Kec. Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika dihitung dengan Keraton Jogja, kira-kira hanya berjarak 16 km saja. Raja-raja Mataram banyak dimakamkan di lokasi ini.

Faktor sejarah tadi membuat makam Raja-raja Imogiri selalu ramai oleh peziarah, terutama di masa bulan Ramadan ini. Tidak hanya selama bulan Ramadan, lokasi pemakaman ini tetap ramai didatangi peziarah. Menampilkan bangunan pemakaman yang menggabungkan unsur Islam dan Hindu, kian menambah nilai seni dari lokasi Makam Raja-raja Imogiri.

 

  1. Patok Negoro Makam Dongkelan

Lokasi Patok Negoro Makam Dongkelan berada di berada di Dongkelan, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi pemakaman ini menjadi penting bagi masyarakat Jogja karena beberapa tokoh besar dimakamkan disini.

Tokoh-tokoh besar yang dimaksud mulai dari Kyai Syihabudin (pendiri Masjid Pathok Negara Dongkelan dan cikal bakal Desa Dongkelan), Kyai Ali Maksum, dan K.H. Ahmad Warson Munawir (pimpinan Pondok Pesanten Krapyak). Semua tokoh besar tadi turut serta menyebarkan Islam ke seantero Jogja.

Masuk bulan Ramadan, lokasi pemakaman ini kian ramai. Masyarakat ingin memberikan doa dan mendoakan semua tokoh-tokoh besar tadi. Hal ini sudah menjadi ritual tahunan yang kerap terjadi di Patok Negoro Makam Dongkelan.

 

  1. Makam Kyai Hasan Tuqo

Lokasi Kyai Hasan Tuqo berada di Dusun Senuko, Kalurahan Sidoagung, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kyai Hasan Tuqo sendiri adalah tokoh penyebar Islam sekaligus bangsawan pada masa Kerajaan Mataram Islam yang lalu.

Memiliki nama asli Raden Bagus Kemuning Hasan Tuqo. Beliau adalah salah seorang putra dari Sultan Mataram, Sunan Amangkurat III.

Kyai Hasan Tuqo sendiri menjadikan Dusun Senuko sebagai pesanggrahan saat menyebarkan Islam. Selama di dusun ini, Kyai Hasan Tuqo kian mendalami Islam.

Belakangan ini, lokasi Kyai Hasan Tuqo mulai ramai didatangi oleh peziarah. Lokasi makam ini bisa menjadi pilihan bagi Anda yang memiliki hobi berziarah selama bulan puasa ini.

 

  1. Masjid Agung Kotagede

Lokasi Masjid Agung Kotagede berada di di Dusun Sayangan, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak kalangan menyebut Masjid Agung Kotagede ini adalah mesjid tertua yang ada di sekitaran Keraton Jogja.

Beberapa sumber menyebutkan mesjid ini berdiri pada tahun 1575 sampai 1600. Pembangunan mesjid ini disebut datang dari inisiatif Raja Mataram pertama kala itu. Jika dilihat dari sudut panjang sejarah, kala itu Kerajaan Mataram Islam sedang berkembang dan giat-giatnya menyebarkan agama Islam.

Dekat mesjid ini, terdapat makam beberapa pendiri Kerajaan Mataram Islam. Faktor inilah yang membuat nilai mesjid ini kian tinggi. Selain bisa melihat peninggalan mesjid tertua di Jogja, peziarah pun bisa melihat makam pendiri dari Kerajaan Mataram Islam dari dekat. Selama bulan puasa, jumlah peziarah akan kian naik setiap harinya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *