Hai Namaku Erika. Kami sekeluarga tinggal di sebuah rumah ditengah-tengah masyarakat yang sangat kental dengan tradisi-tradisi islam. Tetanggaku mayoritas islam. Walau ada sejumlah kira-kira 5 keluarga yang lain keyakinan. Itu justru membuatku lebih mengerti tentang pluralitas agama .tetanggaku menurutku dalam menjalankan agama dan tradisi wajar-wajar saja. Karna menurutku tidak ada kegiatan yang menyimpang dari syariat. Mereka sering melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan warga N.U pada umumnya.
Slametan, Ngesur tanah, Mitoni
Karna mayoritas masyarakat kami menganut apa yang dilakukan para ulama-ulama N.U. seperti halnya slametan, ngesur tanah, mitoni, matang puluh dino, ziarah kubur, dll. Saya sadar tradisi-tradisi itu harus tetap dilestarikan. Memang dulu ada sebagian masyarakat yang masih menganut hal-hal mistis dari suatu pohon atau mereka masih percaya tentang jimat-jimat. Walaupun mungkin saya kira sekarang pun masih ada. Tetapi tak banyak, hanya orang tertentu saja yang masih mengunakan tentang jimat-jimat itu. Bahkan sering dulu juga ada yang member sesaji di kuburan untuk meminta-minta.
Di terkam Perkembangan zaman.
seiring berkembangnya zaman semua itu mulai di tinggalkan. Memang secara intinya kebudayaan itu ruh nya adalah agama. Jadi agama sangat berpengaruh sekali terhadap budaya masyarakat di sekitar saya. Memang dulunya islam masuk di masyarakat kami, menurut nenek moyang kami. Islam itu mengajarkan kedamaian sehingga masyarakat kami yang notabene ramah-ramah sangat menerima islam dengan baik. Dan islam tersebut sekarang menjadi inti dari dari kebudayaan kami. Mengapa begitu. Karna, agama sebagai pedoman hidup, memiliki landasan yang lebih kuat yang sifatnya absolute. Sedang kebudayaan sifatnya adalah relative.
Landasan agama adalah doktrin dan teks suci yang tak pernah berubah dari waktu-kewaktu. Sedang kebudayaan lebih berlandaskan tentang pengalaman dan kesepakatan masyarakat yang mudah berubah.
Karena ia cenderung lebih sufistik.
Agama akan mudah diterima oleh masyarakat, apabila ajaran-ajaran agama tersebut memiliki kesamaan dengan kebudayaan masyarakat, sebaliknya agama akan ditolak oleh masyarakat, apabila kebudayaan masyarakat tersebut berbeda dengan ajaran agama. Misalnya mengapa islam begitu mudah diterima oleh masyarakat jawa. Karna ajaran islam dibawa oleh para wali, ketika itu bersifat sufistik. Cocok dengan kebudayaan jawa ayang memiliki tradisi dan laku kebatinan yang dalam. Ada kesamaan antara ajaran islam dengan kebudayaan jawa. Dialog antara islam dan jawa mudah bertemu karena memiliki banyak kesamaan dalam memandang tentang kehidupan.
Merenungi sejarah kebudayaan lokal
Setelah setengah tahun lamanya. Kami mempelajari sejarah kebudayaan lokal. Kami lebih mengerti bagaimana menghargai “yang namanya kebudayaan”
Lebih jauh tentang itu, saya juga lebih mengerti apa makna menghargai kebudayaan. Dan pada akhirnya saya berkesimpulan “akan senantiasa selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan masyarakat kami”, yang pada mulanya kita tau bahwa “agama yang baik itu adalah yang mencakup keseluruhan” kata Gusdur.
Jadi ya harus ada apresiasi kebudayaan, sebatas kebudayaan itu tidak melanggar syariat. Nah jika saja semua kebudayaan yang ada di Indonesia ini dihilangkan. Pertanyaannya adalah. Lalu dimana letak keindonesiaanya bangsa Indonesia yang berbudaya itu. Nah dengan beberapa masalah ini menuntut saya untuk lebih berfikir secara cermat dan rasional. Dengan mempelajari ski dan budaya local ini, saya memang merasa tertarik dengan kiprah sejarah kebudayaan orang-orang arab, namun ketertarikan itu tak mengurangi kebangaan saya terhadap kebudayaan masyarakat jawa. Memang pernah ada yang mengatakan bahwa “inti dari kebudayaan itu adalah agama” nah sebelum islam masuk ke jawa pernah ada yang mengatakan bahwa “sebenarnya budaya-budaya islam itu sebelumnya memang ada di dalam masyarakat jawa”.
Alasan islam sangat mudah diterima masyarakat jawa.
Jadi mengapa islam sangat mudah masuk ke dalam masyarakat jawa. Karna kebudayaan kami ini adalah kebudayaan yang sangat cinta damai. Suka bergotong royong dll. Karakteristik masyarakat pun mereka lebih mengutamakan orang lain dari pada kepentingannya sendiri. Seperti halnya esensi dari makna sedekah. “betapa luar biasanya jika kita mengetahui sebuah makna dari sedekah. sebenarnya aku malu, karena aku baru saja menyadari tentang esensi sedekah itu, dari sahabat Martinus yang mana ia adalah seorang katolik dari fakultas teologi Sanata darma.
Dengan pelajaran diatas yang sangat berarti bagi hidup saya. Dan dalam rangka menguatkan prinsip-prinsip dan keimanan saya dalam agama, dan segala hal yang saya jalani dalam hidup ini. Saya selama ini jadi merasa tidak mudah terpengaruh dengan orang lain. Karna dalam mempelajari budaya lokal ini, saya selalu menggunakan ilmu dasar filsafat juga.
kisahku hari ini. Kupandangi langit yang biru itu.
Kadang beberapa masalah itu membuatku untuk merenung lebih lama. Tapi selalu saya mencoba secepatnya untuk selalu mencari jawaban-jawaban dari setiap masalah yang aku hadapi ini. Sering kali saya menulis di binder seketika itu pas lagi ada masalah, kalimat pernyataan itu aku tulis dengan tulisan yang besar. Dan setiap itu juga saya berkeinginan untuk itu, saya harus begini. Dll.
Namun beberapa masalah yang kuhadapi selama ini bukan merupakan masalah yang sangat berat, toh walaupun itu berat, aku mungkin sudah terlalu biasa dalam menghadapi masalah seperti itu. Karna bulatnya tekad untuk mencari ilmu di jogja ini yang sebanyak mungkin, dan teringat segenap keluarga dan kerabat juga yang sangat menyayangi ku. Itu menjadi semangatku tersendiri.
Jika sedang sedih. Kupandangi luasnya langit yang entah itu biru atau putih ndak masalah, aku berdoa sembari menatap langit, dan seketika itu pula serasa doa dari ayah selalu bersuara di dalam jiwaku. Karna aku dulu, ketika aku sedang sakit, yang amat sakit sekali, ayahku mengobatiku dengan cara yang tradisional, seperti yang kakek lakukan, ketika aku merintih kesakitan dan meneteskan air mata, dan ayahku sembari mengobati ku menyuruh ku sambil membaca laaillaha illa anta subhannaka inni kuntuminal dholimin, itulah mengapa jika saya sedang bersedih berdoa sembari menatap langit, karena ketika menatap langit, saya jadi teringat kata dari ayah tadi. Dan karna saya mengerti kasih seorang ayah itu berbeda dengan kasih seorang ibu. Karna saya adalah seorang anak.
Demikianlah, coretan kami memang semakin banyak kita membaca (dalam arti luas) semakin bodoh kita ini, karena kita mengetahui bahwa diri kita itu tidak tau, karena itu saya selalu mencoba untuk setiap alami itulah yang saya per tanyakan. semoga dengan ini saya selalu semangat, dan dalam rangka mengembangkan pola berfikir saya.
Terimakasih semoga bermanfaat
islam dan kebudayaan jawa
Ditulis pada juli 2014.